Sunday, January 20, 2008

Oh Honey, Di antara Madu dan Cintamu, Kuberikan Kau Pantun


*Oh honey...*

*Di antara Madu dan Cintamu, Kuberikan Kau Pantun *
Oleh: negro_manis

tentunya untuk Malaikatkecilku ;p


Berry Bee Benson, adalah lebah muda yang baru lulus dari sekolahnya.
Bersama
rombongannya ia keluar dari sarang lebahnya
dan melakukan perjalanan keluar,
diantara gedung-gedung tinggi New York.
Ini adalah kali pertama kunjungannya
keluar dari sarang lebahnya.
Berry Bee ikut menyerap sari putik bunga di
taman-taman hijau
yang terselip dari kota lama, dari *Central Park*,
*Five
Point* hingga *Sixteenth Street*. Di saat yang sama ia terkejut bahwa
ternyata manusia telah berabad-abad lamanya mencuri dan meminum madu yang
dihasilkan lebah-lebah seniornya. Berry Bee semakin teryakini dengan
kenyataan doktrin lebah-lebah seniornya, bahwa manusia memang kejam dan
mengkoloni apa-apa yang dimiliki oleh lebah.

Banyak hal yang digugat oleh para honey bee ini, HAL (Hak Asasi Lebah) telah
dirampok oleh manusia, mulai dari yang krusial seperti madu hingga kata-kata
romantis "ohh honey..." merupakan perampokan hak intelektual manusia dengan
semena-semena dari lebah.

Steve Hicker dan Simon Smith sebagai sutradara dalam film *Bee Movie* (2007)
di atas, hendak menyampaikan bahwa kehidupan manusia Amerika dihabiskan hanya

untuk mengidentifikasi nama-nama musuhnya dibanding nama kawan sendiri.
Amerika bukan saja melakukan konflik dengan dunia Islam dan terorisme, tapi
juga dengan lebah.

Jauh beribu mil dari New York,
ada orang Petalangan. Tinggal di dataran tinggi sungai Kampar, Riau, Sumatera.
Mereka disebut sebagai orang pedalaman karena benar-benar terisolir dari
daerah luar. Sebuah cerita rakyat bernama *Bujang Tan Domang* bahwa
menyebutkan bahwa mereka berasal dari daratan Johor Malaysia. Ketika Berry
Bee Benson digambarkan takut berhubungan dengan segala jenis makhluk
manusia, orang Petalangan justeru mengajak kita untuk berhubungan dengan
lebah.

Di saat malam, ketika bulan benar-benar tidak tampak, Juagan adalah
laki-laki berusia 40 tahunan, kali ini ibu kandungnya sakit, segera perlu
madu untuk menurunkan panas pada tulang-tulang tuanya. Seperti para
pengambil madu lainnya di Petalangan, Juagan mengucapkan keharusan ketika
hendak mengambil madu dari sarang lebah. Yakni mengucap 32 jenis pantun
sebanyak tiga kali dalam sekali pengambilan madu, jadi Juagan mengulangi
ucapan pantunnya sebanyak 96 kali. Dengan mengucap pantun, dipercaya
mempengaruhi lebah (kemudian saya sebut "si honey") menjadi jinak, tidak
menyengat dan merasa dicintai (ini yang terpenting), sehingga madu yang
melimpah dapat dipetik. Bukan hanya Juagan, orang satu desa Petalangan
percaya bahwa pantun mampu mempengaruhi perasaan dan sentimen dari
pendengarnya (dalam hal ini si honey).

Selama mengambil madu sampai usai, 32 jenis pantun yagn diulangi tiga kali
tersebut dilagukan dalam beberapa tahap yakni pantun permisi, permohonan
untuk mengunjungi "si honey, pantun mulai mendekati tempat "si honey.
Pantun
bertemu dengan "si honey" dan terakhir adalah pantun ucapan perpisahan
dengan "si honey". Empat tahap pantun dalam pengambilan madu ini merupakan
bagian dari imajinasi interaksi sosial yang selama ini Juagan lakukan dengan
sesama manusia, yakni selalu dimulai dengan salam pembuka, isi interaksi dan
salam perpisahan. Akibat pantun inilah "si honey" kemudian mempunyai respon
emosional yang berbeda, lebih jinak, merasa lebih disayang dan merasa di
"lebah" kan (hmyuuuk….).

Juagan memang tidak tahu bahwa Pantun adalah puisi tradisional seperti dalam
klasifikasi orang-orang sastrawan pintar yang jauh di dataran Riau sana,
tapi yang ia lakukan adalah mengucapkan empat baris pantun penuh rima
(*
quatrain*) yang secara semantik masing-masing pantun berisi dua pernyataan
metaforis bertempat parallel. (Lantas mana yang lebih pintar, Juagan atau
sastrawan di Riau sana?). Dengan pantun ini *Juagan* percaya tidak akan
mendapatkan sengatan, dari si honey yang selama ini akrab dan dicintainya.
*Sengatan pada si honey ini biasa disebut dengan "Jarum Fatimah yang
Mematikan" (*Fatimah Broken Needle*). Nama Fatimah sendiri mengacu kepada
nama umum yang ditemui di kalangan perempuan Petalangan*.

Juagan memang ingin memformulasikan hubungannya dengan si honey sebagai
seorang pecinta yang terlayani dengan aman ketika mengambil madu dari si
honey. Tindakan Juagan merupakan sebuah serangkaian proyek imajinasi yang
menggambarkan antara dirinya dengan si honey. Dalam hal ini, si honey
digambarkan sebagai seorang perempuan cantik yang tengah tertidur (*sleeping
miss beauty*) yang tengah dirayu oleh kekasihnya untuk menghasilkan limpahan
madu yang dibutuhkan sang lelaki. Sedangkan *Juagan* menggambarkan dirinya
sebagai seorang lelaki yang ingin mengunjungi kekasih cantiknya tersebut.
Karena itu sebelum memanjat ke pohon letak madu si honey berada, Juagan
perlu melagukan pantun dengan rima-rima penuh keindahan sebelum memanjat
pohon Sialang.


Ini contoh pantunnya:


Anak buayo mudik mendudu

Iyak sampai di pelabuhan

*Putih Kuning* bukakan baju

Abang menengok betubuhan



Banyak nyamuk sialang Bandung

duo kali tu'un ke tanah

apo mengamuk ati nan jantung

*Itam mani* indak di umah



Kata *putih kuning* dan *itam mani* diatas mengacu kepada penampilan fisik
si honey, sekaligus tanda kecantikannya. Putih kuning mengacu kepada si
honey sebagai perempuan cantik yang mempunyai kulit putih dan terang.
Sedangkan kata *hitam mani *mengacu kepada si honey berkulit gelap dengan
rupa yang manis.

Pantun Juagan mengajarkan kepada kita, sekaligus kepada orang-orang Amerika
disana, bahwa hubungan manusia dengan si honey bukanlah perampokan,
melainkan transfer persuasif dengan penuh hasrat antara pecinta dengan yang
dicintai. *Juagan* mendemonstrasikan kepada kita tentang pentingnya sebuah
konvensi sosial baik itu dalam bentuk hubungan cinta, kasih sayang,
ekspektasi peranan sosial, hingga menanamkan perasaan dalam sebuah hubungan
yang spesifik. Juagan di pedalaman Petalangan percaya bahwa kata mempunyai
kekuatan kreatif untuk menciptakan hubungan cinta kasih yang maha dahsyat.

Juagan menunjukkan bahwa pantun mempunyai kekuatan magis dalam mengontrol
perasaan makhluk hidup. Kekuatan struktur pantun didalamnya mengandung rima
yang melodik untuk menggugah sentimentalitas makhluk yang diajak berbicara.

Jika Juagan saja mampu mengucap kata pantun penuh cinta hingga 96 kali dalam
setiap bertemu dengan si honey, apa beratnya kita ucapkan kata sayang, cinta
or *something nice words* pada laki-laki/perempuan yang benar-benar kita
cintai. Mengucapkan "aku cinta padamu", "aku butuh kamu" adalah sebuah
dzikir yang berulang. Perlu dan penting agar kita tetap yakin bahwa kita
tidak saling berpaling, tetap teguh disampingnya dan tidak menjauh.

Oh honey (malaikatkecilku), Juagan mengajarkan kepada kita bahwa sebuah
hubungan tidak hanya saling memberi, tapi juga ada yang tak kalah berat,
yakni menerima. Menerima kekurangan, menerima masa lalu, menerima harapan
yang kandas hingga menerima maaf dari sebuah kesalahan besar.

Hitam kuning, merah hitam, kuning putih warna cinta kita, kadang menyengat
kadang manis, juga kadang hanya mendengung, apapun itu ternyata kita saling
membutuhkan. Seperti ketika Juagan datang kepada si honey di saat malam tak
ada bulan......

*HAK*

Yogyakarta, *Balai Kajian Melayu*, 19-1-08

*Diposting di milis Bunga Matahari dan Apresiasi Sastra pada 19 Jan 2008*

Monday, January 14, 2008

Pengakuan


Saat ini aku hanya punya hati yang jatuh karena menyukaimu adalah kebetulan indah yang tidak disengaja. Maka kucium lisanmu, hingga kau nyaris tak mengeluarkan alfabeth di bibirmu. Kubasuh kedatanganmu, lalu dada kita saling merangsek hingga merona-rona degupnya.


Kita berbincang mendawai, membusung, menegang & melengkung hingga tumpah semua tudung rindu lalu kita tertidur menjelang subuh. di mimpiku aku mengikat janjiku ke temali janjimu dan benar-benar menjadi janji ketika kita bangun.

Tiba-tiba malam mengatur kita seperti ayat demi ayat. Mungkin nabi-nabi kita pernah menyuruh beristirahat untuk waktu ini. Padahal aku masih merindukan suaramu yang bahkan rintihannya pun seperti hymne. Ya, suaramulah yang membuat mataku sarat menyimpan rindu. Pernahkah kau baca itu?

Ini adalah malam-malam ketika tanganku mengetik tuts-tuts yang sudah demikian lengket dengan jemariku. Malam ini aku segera bergegas pulang. Sekedar menyapa separoh wajahmu di balik pagar. Meski hanya sejenak mendengar kata "U make My Heart Melt", benar-benar membuat hatiku meleleh, lalu aku gunakan sebagai sangu lelap dalam tidurku. Semoga baik-baik saja semua malam ini. Aku mencintaimu ******


*) Ditulis oleh H.A.K.O.S. secara terpisah-pisah tiap bait (Agustus 2007 - Januari 2008) dan saya rangkaikan atas ijin penulisnya

Monday, January 7, 2008

Re: Extremely Curhits

: Ing

Sebuah kisah tragis yang kita lewatkan dengan tindak tanduk gila dan
penuh tawa. Apakah ini sebuah kisah kepahlawanan ataukah komedi

hitam yang kita sambut dengan senyum pahit?
Jika saat ini kita masih
selamat,
maka itu adalah sebuah keajaiban.
Dua makhluk yang terasa
ganjil menghidupi dunia ini.
Kita...


Kamu yang selalu menorehkan cerita. Saat kesinisanku akan hidup kau
rengkuh dengan cinta. kata-katamu tumpah ruah dan timbulkan tawa.

Trouble one trouble two, seharusnya bersatu. tapi terpisahkan jarak

dan waktu. Dee one dee two, mana yang selayaknya kau pilih?
hahahaha... kepanikan pada kotak kata tepat jam satu malam!


Kau, aku merindukanmu pada ujung meja bonbin. Kita bertukar kata
lewat segelas kopi untukku dan jahe untukmu. Yang mengikat kita
hanya sebatang samsu, seperti suku-suku indian dulu. Kau, yang
selalu mengajariku untuk tidak mengumbar angkara. Menelan dendam
bulat-bulat, dan memuntahkannya kembali. Untuk kemudian tertawa.
hahahahaha.....


Ditulis oleh Danielle Belle (http://www.daniellebelle.blogspot.com/) dan diposting di milis bunga matahari 4 Jan 2008